Judul Buku : Mengapa Allah membuatku miskin?
Penulis :
Imam Musbikin
Penerbit :
Diva Press(Anggota Ikapi)
Cetakan :
Juli 2008
Tebal :
320
halaman
Miskin
dan kaya adalah ujian dari Allah Swt.
Derajat orang miskin sangatlah mulia
bagi Allah Swt. di akhirat kelak. tak ada perbedaan antara derajat orang kaya
dan orang miskin, keduanya tetap sama disisi Allah Swt.orang muslim kaya harta
belum tentu hatinya juga kaya, tapi orang muslim yang haqiqi, ia akan selalu
berpangku tangan, tolong menolong, serta rajin berinfak untuk saudaranya sesama
muslim yang memang sangat membutuhkan. inilah sifat-sifat orang muslim yang
kaya hatinya.Terkadang kita ikut bersedih dan ikut meratapi derita orang muslim
yang miskin, sekian hari didalam mencari rizqi atau sebungkus nasi, itupun jika
ia mendapatkan atau tidak apa yang dibutuhkannya. Sungguh malangnya nasib orang
miskin, sama sekali tidak ringan hidup sebagai orang miskin.
Hidup terasa bimbang jika nafas hari demi hari semakin berkurang, perjalanan tanpa tujuan yang tak pasti, pandangan melihat bayang-bayang terasa pusing dan kebingungan, perut kelaparan, tubuh kepanasan dan kedinginan, bahkan jika turun hujan bisa menggigil kebasahan, sementara kala mata melirik kesekitar seakan-akan lirikan mata akan terasa terkejut dari indahnya kemawahan dunia, jubelan gedung-gedung bertingkatan, mobil-mobil yang mengkilap, orang –orang perlente yang saling bersaingan dengan kekayaan dunia yang berlimpah-limpah. Sungguh begitu besar ciptaan Allah Swt. yang ada disurga dunia ini.
Miskin dan kaya, keduanya merupakan Alat yang dijadikan Allah Swt. sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Mungkin kita bertanya-tanya dari pernyataan tersebut, kira-kira mengapa Allah Swt. harus menguji hamba-hamba-Nya dengan kekayaan dan kemiskinan? Biasanya, tujuan diberikannya ujian kepada seseorang, diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat kesungguhan dan kualitas seseorang. Seorang guru memberikan ujian anak didiknya, tak lain bertujuan untuk mengetahui apakah si-murid telah bersungguh-sungguh belajarnya atau tidak.Gambaran yang demikian ini, tentunya akan mempermudah untuk mengetahui kira-kira hikmah apa “yang tersembunyi” dari adanya ujian kekayaan dan kemiskinan yang diberikan Allah Swt. Kepada setiap hamba-Nya.tak jauh berbeda dengan ganbaran diatas, kemungkinan besar tujuan Allah Swt. Menguji tersebut adalah untuk mengetahui hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya dan patuh kepada semua aturan-aturan-Nya. Bila kaya, mampukah ia menjadi orang yang dermawan dan menggunakan kekayaannya di jalan yang benar? Bila miskin, mampukah dengan kemiskinannya itu dia berbuat di jalan yang lurus dan tidak “terjatuh” pada perbuatan yang tercela, seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki dengan memelihara tuyul dan sejenisnya? Bila gagal melewati ujian, maka dia akan menjadi hina dalam pandangan Allah Swt.tapi, kalau berhasil melewati ujian tersebut, dia akan menjadi mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Begitulah roda kehidupan yang harus dijalani antara keduanya.
Hidup terasa bimbang jika nafas hari demi hari semakin berkurang, perjalanan tanpa tujuan yang tak pasti, pandangan melihat bayang-bayang terasa pusing dan kebingungan, perut kelaparan, tubuh kepanasan dan kedinginan, bahkan jika turun hujan bisa menggigil kebasahan, sementara kala mata melirik kesekitar seakan-akan lirikan mata akan terasa terkejut dari indahnya kemawahan dunia, jubelan gedung-gedung bertingkatan, mobil-mobil yang mengkilap, orang –orang perlente yang saling bersaingan dengan kekayaan dunia yang berlimpah-limpah. Sungguh begitu besar ciptaan Allah Swt. yang ada disurga dunia ini.
Miskin dan kaya, keduanya merupakan Alat yang dijadikan Allah Swt. sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Mungkin kita bertanya-tanya dari pernyataan tersebut, kira-kira mengapa Allah Swt. harus menguji hamba-hamba-Nya dengan kekayaan dan kemiskinan? Biasanya, tujuan diberikannya ujian kepada seseorang, diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat kesungguhan dan kualitas seseorang. Seorang guru memberikan ujian anak didiknya, tak lain bertujuan untuk mengetahui apakah si-murid telah bersungguh-sungguh belajarnya atau tidak.Gambaran yang demikian ini, tentunya akan mempermudah untuk mengetahui kira-kira hikmah apa “yang tersembunyi” dari adanya ujian kekayaan dan kemiskinan yang diberikan Allah Swt. Kepada setiap hamba-Nya.tak jauh berbeda dengan ganbaran diatas, kemungkinan besar tujuan Allah Swt. Menguji tersebut adalah untuk mengetahui hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman kepada-Nya dan patuh kepada semua aturan-aturan-Nya. Bila kaya, mampukah ia menjadi orang yang dermawan dan menggunakan kekayaannya di jalan yang benar? Bila miskin, mampukah dengan kemiskinannya itu dia berbuat di jalan yang lurus dan tidak “terjatuh” pada perbuatan yang tercela, seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki dengan memelihara tuyul dan sejenisnya? Bila gagal melewati ujian, maka dia akan menjadi hina dalam pandangan Allah Swt.tapi, kalau berhasil melewati ujian tersebut, dia akan menjadi mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Begitulah roda kehidupan yang harus dijalani antara keduanya.
Agama islam mengajarkan kepada kita
agar hidup dalam keseimbangan untuk mencapai kebahagian lahir dan batin, serta
dunia maupun akhirat. Karena itu, kita tidak hanya dituntut untuk berusaha
mengejar keuntungan duniawi, tetapi juga dituntut untuk berusaha memperbanyak
amal ibadah buat kepentingan kita di akhirat kelak.
Hal ini dikarenakan hidup kita di
dunia ini hanya merupakan jembatan untuk kehidupan kita di akhirat. Oleh sebab
itu, apa yang kita miliki sekarang, baik yang berupa tenaga, ilmu, pikiran,
maupun harta kekayaan, kita gunakan untuk kepentingan kita di dunia dan akhirat
nanti.Islam mendorong umatnya agar giat berusaha dan bekerja. Islam tidak suka terhadap
orang yang pemalas dan peminta-minta yang menggantungkan hidupnya kepada belas
kasihan orang lain.karena itu, bagi setiap muslim yang mempunyai tenaga atau
kemampuan , mereka harus giat bekerja dan berusaha mandiri.disamping itu, kita
harus menyadari bahwa kebahagian di akhirat dapat dicapai dengan meningkatkan
ketaqwaan kita dalam beribadah kepada Allah Swt.sedangkan, pelaksanaan amal
ibadah dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan harta benda dunia seperti
halnya pelaksanaan sholat, zakat haji, infaq, shodaqoh, dan lain sebagainya.
Dari sini, dapatlah kita mengambil serta mempaparkan sebuaha kesimpulan. Bahwa,
Manusia harus sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara, dan
pada akhirnya akan berganti dengan kehidupan di akhirat yang kekal dan abadi,
dimana setiap manusia akan mendapatkan kesenangan atau kesengsaraan sesuai
dengan amal perbuatannya selama di dunia.
Haraga diri umat islam, sangatlah
tinggi serta mulia disisi Allah Swt. dan rasul-Nya. Sehingga Rasulullah Saw.
Ingin membentuk harga diri orang-orang lemah, budak belian, orang-orang miskin,
dan lainnya menjadi mulia. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Beliau dalam
hadits-Nya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula)kamu bersedih hati, pada hal kamulah orang-orang ysng paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman.” (QS.Ali Imran {3}: 139).
Rasulullah Saw. Sengaja membangkitkan
harga diri para fuqoro’ dan masakin, karena mereka adalah kelompok
yang paling sering direndahkan dan dicaci maki. Rasulullah Saw. Mengangkat
harga diri mereka dengan cara Beliau gemar memilih hidup di tengah hamba sahaya
dan orang miskin. karena itu, wajarlah bila Rasulullah Saw. digelari dengan Abul Masakin (bapak orang-orang miskin).
Rasulullah Saw.juga sangat
mencintai dan menyayangi orang-orang miskin. Konon, pada suatu hari, Rasulullah
Saw.pernah berdo’a ditempat umum, “ya
Allah hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikan aku sebagai orng miskin,
dan bangkitkanlah aku dihari kiamat bersama kelompok orang miskin.” Selain
itu, Rasulullah Saw. Yang selalu ingin mengembirakan hati mereka, memberikan
kabar gembira bahwa kebanyakan orang-orang yang masuk surga kelak yaitu
orang-orang miskin.
Apabila
kita menyimak dan mencermati baik-baik do’a Nabi Saw. diatas, tentunya kita
akan bertanya-tanya dalam hati, Apa fadhilah dan keistimewaan orang miskin
sampai-sampai beliau memohon kepada Allah Swt. Agar dihidupkan sebagai orang
miskin, mati sebagai orang miskin, dan kelak dibangkitkan di alam kubur
bersama-sama dengan golongan orang miskin? Pada hal, kita tahu sendiri bahwa
mayoritas diantara kita adalah orang-orang yang selalu berdo’a agar dijadikan
oleh Allah Swt. Sebagai Orang kaya.
Ternyata do’a Rasulullah Saw. Yang demikian itu, bukanlah tanpa alasan.Di
antara alasannya adalah karena sebagian besar penghuni surga tidak lain
merupakan orang-orang miskin. Diriwayatkan dari Usamah bin zaid Ra.bahwasanya
Rasulullah Saw. telah bersabda: “ketika
aku berdiri dihadapan pintu surga(yakni ketika terjadi isra’dan mi’raj).
Ternyata kebanyakan orang yang memasukinya ialah dari kalangan orang-orang
miskin. Aku juga melihat para pembesar ditahan kecuali penghuni neraka, dimana
mereka diarahkan terus menuju ke neraka. Ketika aku berdiri dihadapan pintu
nereka, ternyata kebanyakan orang yang memasukinya adalah kaum wanita.”(HR.Bukhori, Muslim, dan Ahmad).
Dalam riwayat lain, dari Abu
Hurairah Ra. Bahwasanya Rasulullah Saw. juga pernah bersabda:
“segala
sesuatu ada kuncinya,dan kunci surga ialah mencintai orang-orang miskin.” (HR.ad-darutquthni dan ibnu
Hibban).
Dari beberapa riwayat diatas,
kita telah mengetahui bahwa diantara keistimewaan orang-orang miskin, adalah
termasuk golongan orang sebagian besar akan masuk surga. Hadits yang disebutkan
terakhir itu, apabila ditelaah dari ilmu Ma’anial-Hadits,
muingkin bisa dimasukkan dalam kategori matan
hadits yang berbentuk jami’ al-kalim, yakni
sebuah sabda Nabi Saw.yang ungkapan-ungkapannya singkat, namun padat maknanya.
Memang, apabila kita merenungkan sabda Rasulullah Saw., “segala sesuatu ada kuncinya,dan kunci surga ialah mencintai
orang-orang miskin,” di dalamnya terkandung makna yang sangat luas. Pertama, kita tidak akan mungkin masuk surga
bila kita masih membenci orang –orang miskin. Kedua, apabila kita menginginkan surga, maka jalan yang harus
ditempuh tak lain adalah menyayangi dan mencintai orang-orang miskin. Ketiga, mencintai orang-orang mskin
berarti kita harus mencukupi kebutuhannya, baik makan, minum, pakaian, dan
sebagainya. Keempat, dalam memberi
sesuatu kepada orang-orang miskin harus dilandasi cinta sedalam-dalamnya dan
penuh penuh rasa ikhlas karena Allah Swt. Kelima,
jamganlah sedih bila menjadi orang miskin karena Rasullah Saw. sangat
memuliakannya dengan cara menjadikan dirinya sebagai kunci surga bagi orang
lain. Bahkan,keenam, dari hadist itu
pula tercermin sebuah kandungan makna bahwa meskipun Anda hanya memiliki uang
yang relatif kecil, namun tetaplah Anda sisakan sedikit uang untuk orang-orang
miskin, sebagai bukti cinta Anda yang sungguh-sungguh kepada mereka, dan Anda
bisa merasakan betapa pedihnya hidup dalam ketiadaan itu.
Melalui uraian diatas,
setidaknya kita memperoleh gambaran tentang “segala
sesuatu ada kuncinya,dan kunci surga ialah mencintai orang-orang miskin.” yang
didalamnya terkandung pelajaran tidak hanya tentang bagaimana mengelola harta
yang kita miliki agar menjadi barokah, yakni dengan memberikan kepada
orang-orang miskin yang sangat membutuhkan.
Buku yang ada ditangan pembaca
(peresensi) ini ingin mengupas sebuah pertanyaan penting dari judul buku atau
realita yang telah terjadi kepada sekian banyak umat yang mengalaminya, yakni
mengapa Alllah Swt.membuat kita miskin? Pembahasan ini diharapkan bisa menjadi
terapi hati agar iman tak mudah tergoyahkan oleh kemelaratan, dengan pendekatan
spiritual. Esensinya adalah sabar.
Meskipun buku ini banyak
menerangkan tentang kisah Rasulullah Saw. serta Para Sahabat, buku ini juga
dapat merangsang setiap muslim/muslimah yang berada dalam garis kemalaratan
untuk berjuang secara Qur’ani dan Nabawi agar bisa menyelamatkan keindahan iman
dan kekuatan jiwa. Si penulis sengaja menggayakan penulisannya dengan manajemen
kalbu, disertai campuran kisah, hikmah, psikologi, serta tips-tips menghadapi
atau keluar dari kemiskinan. Di dalamnya juga terdapat beberapa hal penting
yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Muhammad Saw, terutama yang berkaitan dengan keimanan, ketakwaan dalam
kehidupan berkelurga. Jadi, tidak ada alasan bahwa buku ini hanyalah risalah khusus
bagi umat-umat terdahulu saja, tetapi juga pantas bagi umat Muhammad Saw.
sekarang.
kelebihan yang dimiliki oleh buku
ini, yakni kelayakan untuk dibaca dan juga dimiliki oleh setiap muslim/muslimah,
di antaranya: kovernya yang luks dan eksklusif hingga mambuat kita tidak cepat
merasa bosan untuk membawanya ke mana saja. Buku ini juga banyak menyertai
kandungan ayat-ayat Al-Quran, Hadits-hadits Nabi, daftar pustaka, daftar isi,
dan kata pengantar penulis. Selain itu juga, buku ini melacak jejak-jejak
hikmah dari kabut pekat kemelaratan Nabi Saw. Dan Para Sahabat.
Namun, buku ini juga tidak
lepas dari beberapa kekurangan, kelemahan yang tampak buku ini, begitulah yang
dirasakan oleh peresensi: di buku ini, kurangnya bukti secara kontekstual, atau
faktual, sehingga membuat pembaca cepat merasa bosan. Berangkat dari itu, saya
berharap untuk cetakan berikutnya, buku ini bisa tampil seperti yang
diharapkan. Selengkapnya, selamat membaca. Semoga berbarokah dan berhikmah!
Amien..amien ya robbal alamien.....
Komentar
Posting Komentar